Oleh: Aluyah Alaydrus *)
Apa yang berbeda antara Ramdhan kita sebelumnya dengan Ramadhan kali ini? Dari sisi persiapan, kecuali jika kita mengalami keadaan khusus, seperti hamil atau melahirkan, maka bisa jadi kita akan melakukan persiapan yang tidak jauh berbeda dengan Ramadhan sebelumnya. Akan tetapi satu yang pasti berbeda adalah keadaan kita, hamba-hamba yang akan memasuki Ramadhan.
Tanpa terasa sudah 3 tahun kita berada dalam pandemi covid-19 dengan segala variannya. Berada pada keadaan kita sekarang, adalah hasil perjalanan dan tempaan istimewa yang mungkin hanya dialami oleh generasi manusia di masa kita sepanjang sejarah. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat, dimana di sepanjang waktu tersebut, banyak lika-liku dan ups and downs kita jalani, yang kemudian menjadi modal kita memasuki Ramadhan kali ini. Kita menjadi manusia yang berbeda, dengan kualitas yang istimewa. Dan InsyaaAllah berbekal semua yang telah kita alami selama 3 tahun ini, akan menjadi modal input yang menghasilkan output Ramadhan, yaitu kualitas taqwa yang lebih baik.
Paling tidak ada 5 kualitas istimewa yang kita miliki , hasil tempaan selama pandemik sebagai modal istimewa menghadapi Ramadhan kali ini:
Survival Skill
Ditengah ketidak pastian keadaan selama beberapa tahun sejak pandemi covid-19 dengan berbagai variannya mulai merebak, dimana imbasnya bukan hanya pada kesehatan fisik kita, tapi juga kesehatan mental, ekonomi, sosial dan lain-lainnya. Kita tentu masih ingat saat kita berada dalam kondisi lock down total, berinteraksi dengan dunia luar melalui teknologi. Beberapa produk di pasaran menjadi terbatas bahkan sulit ditemui, serta sederet rangkaian peristiwa yang ternyata mampu kita hadapi. Berada di titik kita sekarang, tanpa sadar memberikan kita kualitas kemampuan bertahan. Kita juga ingat bagaimana kita harus mengadaptasi diri dari sisi ibadah. Berpuasa tanpa bisa ke masjid, bahkan sholat Idul Fitri di rumah. Itu semua membuktikan bahwa sesempit apapun keadaan, kita berusaha untuk bisa beribadah semaksimal yang kita bisa. Kita survived, kita bertahan. Kualitas ini memberikan kita modal untuk lebih berkomitmen meningkatkan ibadah kita, amal shalih kita, terlepas dari situasi yang kita miliki, termasuk Ramadhan di tahun ini.
Daya Lenting (Resilience) yang Teruji
Kualitas ini memberikan kita lebih dari sekedar ketahanan, tapi kemampuan untuk pulih kembali dengan berbagai keadaan yang dihadapi, termasuk dalam kondisi covid. Dari satu varian ke varian lain, dari satu masa lock down ke lock down berikutnya. Ini semua memberikan kita daya lenting (resilience) yang jika kita bawa dalam spirit Ramadhan, maka insyaaAllah, akan membuat kita lebih tahan banting, memiliki sipirit menjadi pemenang menghadapi godaan-godaan selama Ramadhan. Lebih fokus mengejar goals Ramadhan walaupun mungkin banyak tantangan.
Siap Taat untuk Kebaikan
Selama pandemik berlangsung, secara berkala kita mengalami perubahan aturan pemerintah, restrictions atau pembatasan-pembatasan yang berlaku dari waktu ke waktu, berubah disesuaikan dengan keadaan. Dan selama rentang waktu tersebut, kita ikuti kebijakan-kebijakan tersebut karena pengetahuan dan kesadaran akan manfaat kebaikan yang akan ada dibaliknya. Jika kita membawa cara berfikir dan sikap yang sama terhadap aturan Islam, maka dalam menjalani Ramadhan ini, kita akan menjadi hamba-hamba yang siap berubah, hamba hamba yang siap taat, karena mengetahui dan meyakini bahwa Allah tidak akan memberikan peraturan apapun pada hamba-Nya kecuali untuk kebaikan kita.
Ukhuwah
Banyak sekali benang-benang pengikat ukhuwah yang terjalin dan menguat selama pandemik. Empati pada saudara-saudara kita yang kehilangan anggota keluarganya, simpati dan bantuan kepada komunitas yang terkena covid, sampai pada penggalangan dana untuk membantu lilitan kesulitan ekonomi yang dialami banyak dari saudara-saudara kita yang kehilangan pekerjaan. Ramadhan adalah bulan ukhuwah, dan jika input ukhuwah kita memasuki Ramadhan sudah sedemikian indahnya, maka insyaaAllah kita pun optimis, dalam Ramadhan ini persaudaraan kita semakin rekat.
Kemampuan Mengendalikan Nafsu
Dengan diberlakukannya berbagai restriksi, pembatasan-pembatasan yang di tetapkan oleh pemerintah selama pandemi, secara tidak sadar membuat kita lebih terlatih mengendalikan hawa nafsu. Nafsu, sebagaimana kita pahami, adalah suatu hal yang secara alamiah Allah berikan kepada manusia. Dalam kadar yang normal, nafsu dibutuhkan untuk menjalankan fungsi kemanusiaan kita, seperti nafsu makan, nafsu tidur, dan lain-lainnya. Tugas kita terhadap nafsu ini adalah bagaimana kita mengendalikannya. Karena jika tidak dikendalikan, dia akan mendatangkan kehancuran. Dikatakan bahwa nafsu kita ibarat kuda liar; yang jika dilatih, dikendalikan, dan didisiplinkan, dia akan mendatangkan manfaat; begitu juga sebaliknya.
Selama pandemik, banyak sekali aspek pengontrolan hawa nafsu yang terlatih, sadar maupun tidak. Dalam Ramadhan, aspek pengotrolan hawa nafsu inilah yang menjadi poin dalam ibadah puasa kita agar bisa naik tingkat, mencapai kualitas yang lebih mulia dibanding hanya sekedar menahan haus dan lapar seperti yang digambarkan dalam tiga tingkatan orang berpuasa yang disebutkan oleh Imam Ghazali:
Puasa orang awam, yaitu orang yang berpuasa dengan hanya menahan makan, minum dan kemaluannya.
Puasa orang khusus, yaitu orang yang berpuasa selain menahan makan, minum dan syahwat, juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa.
Puasa khususnya orang yang khusus, yaitu kelompok orang yang berpuasa dengan selain manahan makan dan minum, syahwat dan organ tubuh, juga menahan hati agar tidak mendekati kehinaan, memikirkan dunia, dan memikirkan selain Allah SWT. Sehingga waktu-waktunya fokus dalam mengingat Allah SWT.
InsyaaAllah dengan kualitas-kualitas di atas, yang kita miliki sebagai hasil tempaan selama menghadapai pandemi selama ini, menjadikan kita lebih optimis menjalani ibadah Ramadhan di tahun ini, untuk menggapai Ramadhan yang lebih baik dari tahun sebelumnya, dan mengangkat derajat kita sehingga menjadi alumni-alumni istimewa Ramadhan tahun ini yang dipantaskan Allah merayakan hari kemenangan Idul Fitri. Selamat menjalankan ibadah Ramadhan.[]
Profil Penulis:
Bernama asli Aluyah Alaydrus, ibu satu putri ini lebih nyaman dengan panggilan “Uya”. Menyelesaikan S2 dari University of Sydney dan S1 di tanah kelahirannya: Lombok. Sis Uya saat ini banyak sibuk di kegiatan pembinaan ibu-ibu dan remaja.