INDOPOS.CO.ID - Berhasil membangun masjid di Sydney pada 2010. Iqro Foundation merambah ke Perth. Berbekal aktivitas dakwah di dua kota besar, komunitas ini ingin menjadi menjadi mercusuar dakwah umat Islam Indonesia di Australia.
Dilianto,Sydney, Australia
Pada September 2018 menjadi tanggal bersejarah bagi Iqro Foundation. Tiga bulan lalu, yayasan itu mampu mendirikan sebuah tempat dakwah di kota bagian barat Australia itu.
”Berdakwah bisa di mana saja lewat media apa saja. Tapi alangkah efektifnya jika kita memiliki tempat yang kami namakan saat ini dengan sebutan Iqro Centre. Yang pada September 2018 ini sudah ada di Perth,” ucap Nur Muhammad, presiden Iqro Foundation kepada INDOPOS yang pada pekan lalu berkunjung ke Negeri Kangguru.
Nur Muhammad merupakan pengganti dari Syamsul Bahri untuk memimpin komunitas Iqro yang kini memiliki ratusan jamaah. Kenapa pilihannya ke Perth? Nur Muhammad menerangkan, terdapat sebuah bangunan besar dengan tanah luas yang dijual murah di kota yang memiliki sungai besar yang dipenuhi bebek tersebut. ”Kebetulan saja ada properti besar bekas Islamic Centre milik komunitas muslim Bangladesh. Selain itu, anggota Iqro di sini banyak yang mau mendanai. Terlebih bangunan tersebut sudah siap pakai untuk menjadi masjid dan banyak ruangan untuk TPA (Taman Pendidikan Alquran),” terang Nur Muhammad menceritakan ekspansi Iqro Foundation di Perth.
Untuk mendirikan sebuah masjid atau rumah ibadah, katanya, tidak mudah. Diperlukan tanah luas yang bisa menampung kendaraan. Ini mengingat ada peraturan yang harus dipatuhi yakni tidak boleh menggangu warga sekitar. ”Syarat ’zoning area’ tidak boleh dilanggar yakni, ’monitoring noise’ untuk menghitung luas parkir. Perhitungan luas parkir satu mobil harus diisi lima orang. Jadi kalau untuk dijadikan Salat Jumat yang minimal ada 40 orang, maka parkiran harus bisa menampung minimal delapan mobil,” jelasnya.
Mengenai jumlah kendaraan ini, lanjut Nur, tidak boleh menutup jalur rumah warga yang ada di sekitar masjid. Council atau pemerintah daerah (pemda) akan melakukan ’hearing period’ di mana warga sekitar diminta pendapatnya apakah terganggu dengan aktivitas masjid dan kendaraan jamaah. ”Jika ternyata banyak yang menilai terganggu, maka council akan mencabut izin tempat ibadah. Tapi jika beberapa tahun ternyata tidak ada komplain, maka akan dipermanenkan menjadi masjid,” terang pria berjenggot ini.
Syarat lainnya, kata Nur, untuk membangun masjid, harus ada ’fire safety’ dan akses untuk disabilitas atau penyandang cacat. ”Jadi masjid-masjid di Australia harus ada jalur jalan dan toilet khusus pengguna kursi roda. Atau ‘disable access’,” ucap pria asal Kaliwungu Kendal, Jawa Tengah itu.
Selain berdakwah untuk warga Indonesia, Iqro Foundation turut aktif dalam politik di Australia. Kata Nur Muhammad, Iqro Foundation turut aktif melakukan pertemuan antarkomunitas muslim dari berbagai negara di Australia untuk menentukan dan meloloskan perwakilan dewan kota atau konselor dari kalangan muslim. ”Bersyukur pada 2017 ada tiga perwakilan dari muslim jadi konselor dan satu lagi adalah deputy major (wakil wali kota, Red) Canterburry-Bankstown, Sydney, bernama Nadia Saleh, perempuan berjilbab dari Lebanon. Dan semuanya bukan dari Indonesia. Tapi bagi kami warga muslim itu sebuah prestasi,” tukasnya.
Namun, komunitas muslim juga menargetkan untuk mengirim perwakilan ke parlemen negara bagian atau federal Australia. ”Ya kami inginnya ada perwakilan hingga state dan federal. Intinya harus ada yang bisa menjembatani aspirasi warga muslim dengan negara Australia,” kata pria yang sudah menetap di Sydney sejak 2010.
Lalu, apakah juga ingin ada perwakilan dari Indonesia? ”Ya pastinya dong. Dan itu yang juga ingin kami persiapkan untuk generasi berikutnya yaitu, anak-anak kami yang memang telah menjadi kewarganegaraan Australia,” ucap Nur. ”Doakan saja hal itu bisa terwujud. Amin,” harap Nur lalu menyudahi pembicaraan dengan INDOPOS. (bersambung)
Taken from:
https://indopos.co.id/read/2018/12/08/157994/target-ada-warga-keturunan-ri-di-parlemen