“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara bagian-bagiannya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih?” (QS 24:43)
Hari-hariku dan kebanyakan perempuan lainnya di negeri Kangaroo ini seringnya hectic. Sering terengah bernapas, supaya bisa catching up dengan tuntutan perjuangan dan amanah-amanah hidup. Well, actualy business is not bad at all, as long as we enjoy what we doing, and keep saying Alhamdulillah ala kulli haal. Tak dipungkiri terkadang susah atau challenging mendapatkan motivasi di tengah-tengah setting dan sibuknya masyarakat yang egocentric dalam peradaban ini. Biasanya ketika situasi lelah ini mengintimidasi dan mulai dominan menguasai jiwa beserta pikiran, itu artinya sinyal buatku untuk fantasiru fil ard. Kalau para body guard lagi nggak available, biasanya outing berkawan teman perjalanan: Canon 70D. Limitku untuk exiting 80 km lebih sedikit saja. Lumayan jauhlah dan sunnahpun hidup.
Travelling dan menikmati udara segar sambil bertafakur di tepi-tepi lookout di sekitar New South Wales benar-benar merupakan kenikmatan, menyehatkan rohani dan menyegarkan pikiran. Apalagi kalau punya kesempatan lebih jauh menelusuri keindahan pedalaman di country side Australia. Awesome!
Salah satu yang aku suka ketika menelusuri negeri Kangaroo ini adalah melihat langit dengan awan putih yang berarak-arak indah di angkasa. Sungguh indah menjentik hati, menggerakkan bibir dengan mudah untuk bertasbih ketika mata dan hati seksama menatap dan memperhatikan awan-awan itu. Subhaanallah, visual stimulation dari awan-awan itu selalu mampu menghentikan langkah-langkahku, mengirim pesan untuk take my time to connect with my Creator. Ah, begitu cepat, Sakinahpun langsung menghampiri qalbu...
Gerombolan awan itu mengingatkanku, kalau hidup ini cuma sementara, nggak ada yang permanen. Tapi sering godaan kenikmatan dunia yang sesaat ini kita biarkan begitu saja merasuki pikiran kita. Entah lewat anak, suami, karir, uang, harta, kedudukan, kehormatan, kecantikan, ilmu, pendidikan dan kelebihan lainnya yang melenakan. Yep, membuai dan kitapun terkantuk dan tidur bersamanya.
Lihatlah! Lihatlah awan di langit biru itu, ia tidak pernah berdiam di satu tempat, selalu bergerak dan berpindah lewat hitungan menit, terkadang cuma membutuhkan detik saja. Perhatikanlah dalam kondisi tertentu, bahkan awan-awan itu bergeser begitu cepat ketika angin atau badai hadir mendorongnya, dan iapun menjadi kelabu. Saksikanlah, meski cuaca cerah sekalipun, ia tetap berpindah. Awan awan itu tidak pernah tahu kenapa ia harus bergerak dan berpindah, dengan arah dan kecepatan bervariasi yang membersamainya. Sepertinya ia didorong untuk terus bergerak, dan seolah-olah ada sign yang harus dituju.
Merenungi perjalanan kehidupan dengan awan-awan itu sungguh menginspirasi hati ini, bahwa kehidupan ini sangat sebentar, dan perubahan nggak akan pernah mungkin kita elakan.
Awan itu mengirim pesan kalau kita harus bisa beradaptasi dan bersaing dengan kenyataan yang sudah ditentukan Allah. Lihatlah awan itu mengajarkan kita jangan sampai takut dengan perubahan, akan tetapi terimalah, kejar dan berlarilah bersama perubahan itu. Sebagaimana Allah membuat awan-awan itu tetap bertahan di langit, dan percayalah bahwa Allah tidak akan pernah membiarkan kita jatuh dari tempat yang semestinya kita tetap berada
Kasih sayang Allah adalah lazim buat kita, begitu pula buat makhluk-Nya yang lain. Kasih sayang Allah membungkus bumi seperti selimut hangat. Kasih sayang-Nya juga hadir dalam format lain buat kita, seperti Dia beri kita family, teman, dan rizqi. Bersamanya ada banyak macam bekal yang nggak bisa jari-jari kita mehitungnya. Allah telah menyiapkannya buat kita jauh sebelum kita meminta dan lahir ke bumi ini. Yang kita butuh lakukan cuma mencarinya, niscaya kitapun pasti mendapatkannya.
Sama halnya, salah satu nikmat yang paling berharga di antara nikmat-nikmat lainya, Allah dengan sayangnya menganugerahi kita naungan. Lihatlah awan itu, maka seksama kitapun mendapatkan kasih sayang Allah terlukis dalam awan ciptaanNya. Lihatlah keteduhan lewat bayang-bayang yang di beri awan-awan itu. Shadow dari awan-awan itu membuat bumi menjadi nyaman buat penghuninya, karena fungsinya adalah untuk menaungi makhluk dari sengatan matahari yang membakar, terutama buat yang sedang mengadakan perjalanan dan orang-orang yang bekerja dibawah terik matahari. Hey, Allah bisa saja membiarkan kita berjuang sendiri menjauhi terik matahari, mencari jalan untuk mengurangi sengatan panas. Tapi kasih sayang-Nya begitu cepat dengan mengirim awan-awan besar yang berfungsi seperti payung raksasa yang mendinginkan kita, binatang dan tumbuhan dari sengatan panas. Hasbunallah wa ni'mal wa kiil....
Sekiranya kita mengetahui berapa banyak panas yang diemban awan untuk melindungi kita, la illa ha illa Allah... You the only one, ya Allah. Kenyataannya kita akan bungkam dan membisu, hanya airmata yang bisa menggambarkan rasa syukur kita. Seyogyanya dari sekarang, di tengah-tengah perasaan putus harapan, galau atau feeling kehilangan kasih sayang, lihatlah langit yang berawan putih itu. Kita akan lihat kondisi cinta dan kasih sayang Allah yang tak berbatas, seperti menginspirasi lewat awan-awan itu.
Setelah waktu-waktu yang melelahkan, akupun akan mudah tersadar dengan menyaksikan keajaiban awan-awan putih lembut itu bersama pesan-pesan spiritualnya. Sesaat kuputuskan hubungan horizontal dengan kehidupan, dan mendongak ke langit dan diam menyaksikan formasi awan-awan itu. Sungguh menentramkan dan membuat mataku jatuh cinta pada cinta yang sesungguhnya.
Saudaraku, hati patut mengetahui dengan baik bahwa seluas hamparan bumi ini, masih saja tidak sebanding dengan hamparan kerajaan langit yang menaungi semua planet-planet. Ini adalah pelajaran lain yang aku suka me-muraja’ah-nya ketika tadabur alam lewat awan-awan dilangit itu.
Ya Razaq, semoga aku selalu bersama hamba-hamba-Mu yang bersyukur. Engkau beri apa saja yang kami inginkan dan itu tersedia di hadapan kami langsung, bak pohon-pohon yang ketika ada buah di dahan-dahannya, engkau buat mudah untuk dijangkau. Alhamdulillah! Sesaat pikiran bersama hatiku mi'raj membayangkan kehidupan di syurga yang selamanya penuh damai. Kalau sudah begini, maka salah paham, persaingan, cemburu dan dendam semuanya jauh dari penglihatan, diganti dengan cinta, ya hanya cinta. Itulah istana syurga yang beralokasi di atas kumpulan awan awan itu, bukankah sesuatu yang menjanjikan dan membuatku dan kalian semua segera ingin untuk berada di sana.
Physically kita mulai merasakan lebih segar setelah istirahat yang cukup. Begitu juga dengan pikiran dan ruh kita. Menjauh sesaat dari tekanan dan tuntutan disekitar kita, dan berhubungan dengan Allah langsung lewat ciptaan-Nya, mampu mengingatkan aku dan inshaallah semua kita pada peristirahatan di syurga, sungguh jitu. Jika Allah menghendaki dan kita mau belajar, kita bisa raih lewat kontemplasi, pasti akan membuat kita semakin percaya bahwa akan ada hidup lagi setelah kehidupan saat ini, di jannah. Tempat tinggal yang susungguhnya.
So, mendongaklah ke atas dan tersenyumlah melihat awan awan itu, ia adalah hiburan qalbu, tarbiyah terdekat dan mampu menghantarkan semangat kita ke syurga. Butiran air matapun akan menganak di ujung mata.
Wollongong NSW
Oleh: Aidha Mutmainnah Hoeslynda*)
*) Tentang Penulis
Sis Aidha adalah penggiat dakwah dan principal Salsabeela Saturday School di Sydney. Memiliki hobi fotografi, menulis poem dan menjahit. Beliau adalah founder kajian keperempuanan online di medsos PeraBu, dan wakil ketua IWINA (organisasi muslimah Indonesia pertama di Australia).