Pada hari Sabtu tanggal 16 Nopember 2019 lalu divisi Media Sisterhood iQro Foundation menggelar acara nonton bareng (nobar) film bertajuk “Iqro: My Universe”. Acara nobar ini bertempat di Cinema 3 Hoyts Bankstown. Alhamdulillah acara berjalan cukup lancar dan sangat penuh dengan pengunjung. Sesuai jadwal, acara nobar ini berlangsung dari jam 1.30 siang hingga jam 4 sore.
Penonton tampak antusias, senang dan sangat menikmati sajian cerita dalam film tersebut. Bahkan banyak pula yang memberi komentar kalau cerita film “Iqro: My Universe” ini sangat menginspirasi dan berkualitas, serta menyatakan menunggu undangan nobar-nobar yang berikutnya.
Film ”Iqro: My Universe” ini menceritakan sosok anak remaja SMA bernama Aqilla, yang memiliki mimpi besar menjadi astronot dan ingin tinggal di luar angkasa. Menurut Aqilla, umur manusia dan sumber daya alam di bumi terbatas, sehingga umat manusia perlu mencari tempat tinggal di planet lain. Ketertarikan Aqilla terhadap dunia luar angkasa sudah ada sejak kecil. Ia sangat terinspirasi oleh cerita-cerita kakeknya tentang bintang-bintang di luar angkasa. Kakek Aqilla adalah seorang astronom.
Suatu hari Aqilla menemukan pamflet yang mengumumkan perlombaan membuat vlog tentang antariksa yang diadakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Pemenangnya akan mendapatkan hadiah pergi ke pusat penelitian luar angkasa di Inggris. Aqilla sangat tertarik dan antusias untuk mengikuti perlombaan ini. Awalnya ia berencana akan membuat konten vlog-nya bersama sang kakek. Namun ternyata kakeknya harus berangkat menjalankan tugas penelitiannya ke Inggris.
Kekecewaan Aqilla terobati karena kakak perempuannya bernama Raudah memberinya buku biografi tentang seorang astronot wanita bernama Tsurayya. Beliau juga seorang ahli botani yang sedang meneliti flora yang dapat bertahan di luar angkasa. Tsurayya bahkan pernah menginjakkan kakinya di planet Mars.
Keesokannya Aqilla datang ke acara diskusi buku biografi Tsurayya yang dipastikan Tsurayya juga hadir di acara tersebut. Di acara diskusi itu kemudian Aqilla bertemu dengan Tsurayya. Aqilla berjuang keras menaklukkan hati Ibu Tsurayya agar mau berkolaborasi dengannya membuat vlog tentang luar angkasa. Pucuk dicinta ulam tiba. Setelah Ibu Tsurayya mengetes Aqilla dengan tes ketahanan fisik dan juga sains, serta menguji seberapa serius Aqilla ingin meraih cita citanya menjadi astronot meskipun gagal memenangkan lomba vlog antariksa, akhirnya Ibu Tsurayya mengatakan bersedia berkolaborasi membuat vlog antariksa.
Setelah melakukan beberapa kali pertemuan dengan bu Tsurayya, Alhamdulillah, akhirnya Aqilla selesai mengumpulkan materi buat vlog-nya dan menyimpan file di mobile phone-nya. Suatu hari Aqilla men-charge baterai HP-nya dan meninggalkannya di kamar yang terbuka. Tiba-tiba adik Aqilla yang masih kecil masuk ke kamarnya, memainkan HP Aqilla dan memasukkannya ke dalam mini aquarium. Akibatnya mobile phone Aqilla rusak, dan otomatis bahan-bahan untuk vlog yang disimpannya di mobile phone itu sudah tidak bisa dilihat lagi.
Aqilla cukup frustasi dengan insiden ini. Kebayang bagaimana kerja keras dan perjuangannya berhari-hari membuat konten bersama bu Tusarayya. Insiden ini mengakibatkan dirinya gagal mengikuti lomba vlog tentang antariksa. Beruntungnya, Aqilla tetap bisa mengunjungi pusat pelatihan astronot atas undangan astronot perempuan Indonesia bernama Tsurayya.
Selain menampilkan kegigihan seorang remaja bernama Aqilla, di film ini ada juga sosok remaja yang lainnya yang bernama Fauzi. Berbeda dengan Aqilla yang terlahir dari keluarga yang mampu, sebaliknya Fauzi terlahir dari keluarga tak mampu. Meskipun demikian Fauzi memiliki kemampuan yang luar biasa dalam membaca Al-Qur'an dan bertekad melanjutkan studinya di pesantren kenamaan. Mengingat keluarganya tidak mampu membiayai sekolah tersebut, satu-satunya jalan adalah meraih beasiswa. Tibalah saat pengumuman, nama Fauzi masuk dalam daftar anak yang diterima bersekolah di pesantren kenamaan. Walaupun sudah diterima ternyata Fauzi mengurungkan niatnya tersebut dan memilih tetap tinggal bersama orangtuanya.
Intinya film ini ingin mengangkat kaitan erat antara iptek (ilmu pengetahuan) dan imtaq (iman dan taqwa). Banyak esensi nilai-nilai Islam dan ilmu pengetahuan inspiratif diangkat dalam alur cerita film ini.
Oleh: Lisa Utami*)
*) Tentang Penulis
Sis Lisa Utami bekerja di divisi keuangan SESLHD. Alumni FE Unissula 199, McCom USyd 1999 & MHM UNSW 2011 ini pernah aktif di kepengurusan KPII, majalah Al-Hijrah CIDE, dan Humas iQro Foundation. Memiliki hobi menulis dan kerap memposting di sosmed-nya.
FB: Sebening Hati