Ummu Aiman, Dari Budak Menjadi Wanita Ahli Surga (Bagian-1)

Ada seorang budak wanita berkulit hitam yang sangat spesial di hati Rasulullah(S). Wanita ini yang pertama kali memegang dan melihat Rasulullah(S). Bahkan dia juga lah orang yang tahu dengan detail kehidupan Rasulullah(S) dari bayi hingga beliau wafat.

Tidak banyak orang yang tahu tentang wanita istimewa ini. Padahal Rasulullah(S) pun pernah bersabda bahwa wanita tersebut salah satu ahli surga. Siapakah wanita spesial ini? Apa keistimewaannya dibanding wanita-wanita yang lain? Mari kita berkenalan dengan wanita spesial ini.

Wanita tersebut bernama Barakah bintiTsa’labah. Nama kunyah-nya adalah Ummu Aiman. Dia berasal dari Afrika, tepatnya negeri Habasyah (Ethiopia).

Pada usia muda, Ummu Aiman dijual sebagai budak di Mekkah. Pada jaman sebelum Islam, perbudakan masih menjadi hal yang umum dilakukan. Budak-budak itu sering kali diperlakukan secara tidak manusiawi. Namun Ummu Aiman beruntung ketika dia dibeli oleh Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rasulullah(S).Ummu Aiman diperlakukan dengan sangat baik oleh Abdullah.

Setelah Abdullah menikah dengan Amina, Ummu Aiman juga melayani Amina. Dia memberikan kenyamanan pada Amina saat Abdullah meninggal. Dia pula yang merawat Amina saat hamil dan membantu saat proses persalinan. Ummu Aiman juga lah yang menggendong Rasulullah(S) saat beliau baru saja lahir.

Ketika Rasulullah(S) berusia enam tahun, Amina pergi bersama Rasulullah(S) dan Ummu Aiman ke Madinah. Di Madinah Amina mengunjungi kerabatnya serta membawa Rasulullah(S) untuk melihat makam ayahnya.

Setelah satu bulan lamanya mereka tinggal di Madinah, mereka pun pergi menuju ke Mekkah. Tiba-tiba di tengah perjalanan, di sebuah desa yang bernama Abwa, Amina terserang wabah penyakit. Amina sadar bahwa ini adalah saat-saat terakhirnya. Diapun berkata pada ummu Aiman “YaBarakah, jadilah ibu bagi Muhammad. Danjangan kau tinggalkan dia.” Ummu Aimanmenyanggupi permintaan Amina.

Selama perjalanan kembali ke Mekkah, Ummu Aiman memberikan kehangatan sekaligus penguatan kepada Rasulullah(S) yang saat itu sudah menjadi yatim piatu.

Sesampainya di Mekkah, Ummu Aiman menyerahkan Rasulullah(S) kepada Abdul Muthalib, kakeknya. Namun Ummu Aiman juga ikut tinggal bersama mereka dan mengasuh Rasulullah(S). Kasih sayang yang diberikan Ummu Aiman dan juga Abdul Muthalib, membuat Rasulullah(S) mendapatkan kasih sayang seorang ibu dan ayah.

Namun sayangnya pengasuhan Abdul Muthalib tidak berlangsung lama yakni sekitar dua tahun saja. Setelah Abdul Muthalib wafat, Rasulullah(S) diasuh oleh pamannya, yakni Abu Thalib. Ummu Aiman pun ikut tinggal di rumah Abdul Muthalib dan tetap menjadi pengasuh Rasulullah(S).

Begitu dekatnya hubungan Rasulullah(S) dan Ummu Aiman, maka tidak heran jika Rasulullah(S) menyebut Ummu Aiman adalah ibu setelah ibu kandungnya.

Ketika Rasulullah(S) menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, beliau memerdekakan Ummu Aiman. Rasulullah(S) menyarankan Ummu Aiman untuk menikah. Awalnya dia menolak karena masih ingin tetap bersama Rasulullah(S). Namun Rasulullah(S) dan Khadijah meyakinkannya bahwa dia butuh seorang pendamping hidup. Karena bagaimana pun juga dia adalah seorang manusia yang memiliki hasrat selayaknya orang lain.

Ummu Aiman pun akhirnya menikah dengan Ubaid bin Zayd yang berasal dari Madinah. Mereka memiliki seorang putra yang bernama Aiman. Sejak itulah dia memperoleh julukan Ummu Aiman (Ibu dari Aiman).

Walaupun Ummu Aiman sudah menikah, namun dia masih sering mengunjungi rumah Rasulullah(S) dan Khadijah. Begitu pula Rasulullah(S) terkadang datang ke rumah Ummu Aiman. Hubungan silaturahim diantara mereka tetap terjalin.

Masa Kenabian

Ketika Rasulullah Sallahu’alaihi wassalammenerima dan menebarkan risalah islam, Ummu Aiman merupakan salah seorang yang pertama menyambut serta meyakininya. Pada masa itu, menjadi muslim berarti harus siap dengan siksaan yang diberikan oleh kaum Quraisy, tak terkecuali Ummu Aiman. Selain ujian berupa siksaan dari suku Quraisy, Ummu Aiman juga diuji dengan suaminya. Ubaid, sang suami tidak mau beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Maka dengan berat hati, mereka pun bercerai.

Setelah Ummu Aiman bercerai, ia kembali ke rumah Rasulullah(S) lagi. Dia melayani Rasulullah(S) dan Khadijah sebagaimana sebelumnya.

Suatu hari Rasulullah(S) bersabda “Siapa yang senang menikah dengan wanita surga, hendaklah ia menikah denganUmmu Aiman.”

Mendengar sabda tersebut, Zaid bin Haritsah langsung menawarkan dirinya. Padahal usia Zaid lebih muda daripada Ummu Aiman. Penampilan Ummu Aiman pun tidak terlalu menarik dibandingkan dengan wanita lainnya. Namun keimanan Zaid melebihi itu semua. Dia percaya bahwa wanita ahli surga adalah wanita spesial dimata Allah dan Rasul-Nya.

Pernikahan Ummu Aiman dan Zaid, membuahkan seorang putra bernama Usamah bin Zaid. Kelak Usamah bin Zaid menjadi panglima termuda sepanjang sejarah.

(*bersambung*)

Nantikan lanjutannya bulan depan:

  •   Hijrah ke Madinah,

  •   Wafatnya Ummu Aiman, dan

  •   Anak Angkat dalam Timbangan

    Syari’at

    (*) Tulisan ini telah dimuat di buku antologi

    Ensiklopedia Shahabiyah (Teladan dari Para Bidadari Surga)

    Oleh: Irma Februantini

  1. Tentang Penulis

    Ibu muda dari tiga anak ini lahir dan besar di Surabaya. Telah menulis e- book dan buku anak. Ia ingin menebar kebaikan melalui tulisannya.