Oleh: Ustadz Dr. Agus Setiawan, Lc., MA
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda,
رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ – أَوْ بَعُدَ – دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.” (HR. Ahmad)
Dalam kitab “Mirqaat al-Mafaatiih” (II/744) ada beberapa makna yang terkandung dari kata raghma anfin: hina, rendah, celaka dan rugi.
Jadi, orang yang tidak pandai memanfatkan momentum Ramadhan akan hina, rendah, celaka dan rugi di hadapan Allah azza wa jalla.
Penyesalan biasa nya di akhir. Karena itulah sebelum masuk bulan suci Ramdhan kita mesti tahu apa dan siapa saja orang yang merugi di bulan Ramadhan.
Pertama: Menganggap Biasa Bulan Ramadhan
Orang yang menganggap biasa bulan Ramadhan maka tidak berbahagia, tidak mempersiapkan diri bahkan tidak menargetkan apa pun.
Padahal mestinya orang yang beriman itu bahagia dengan kedatangan bulan suci.
ﻛﻴﻒ ﻻ ﻳﺒﺸﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﺑﻔﺘﺢ ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﺠﻨﺎﻥ ﻛﻴﻒ ﻻ ﻳﺒﺸﺮ ﺍﻟﻤﺬﻧﺐ ﺑﻐﻠﻖ ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﻨﻴﺮﺍﻥ ﻛﻴﻒ ﻻ ﻳﺒﺸﺮ ﺍﻟﻌﺎﻗﻞ ﺑﻮﻗﺖ ﻳﻐﻞ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﻣﻦ ﺃﻳﻦ ﻳﺸﺒﻪ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ ﺯﻣﺎﻥ
“Bagaimana orang Mukmin tidak gembira dengan terbukanya pintu-pintu surga. Bagaimana pendosa tidak bahagia dengan tertutupnya pintu-pintu neraka. Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang sebuah waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu. Adakah suatu waktu menyamai waktu ini (Ramadhan)?”
(Ibnu Rajab dalam Lathaiful Ma’arif)
Karenanya kita dapati para Salafus Shalih bahkan menanti dengan penuh kerinduan selama enam bulan sebelum Ramadhan.
Kedua: Baik atau Beribadah Hanya di Bulan Ramadhan
بِئْسَ القَوْمُ لاَ يَعْرِفُوْنَ اللهَ حَقًّا إِلاَّ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ الصَّالِحَ الَّذِي يَتَعَبَّدُ وَ يَجْتَهِدُ السَّنَةَ كُلَّهَا
“Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah di bulan Ramadhan saja. Ingat, orang yang shalih yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun.”
Allah Ta’la berfirman
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu kematian.” (QS. Al-Hijr: 99)
Wallahu A’lam
(Bersambung)
*Profil Penulis*:
Ustadz Dr. H. Agus Setiawan, Lc, MA, adalah da'i ahli hadist alumni Al Azhar University Kairo (S1), Islamic University Sudan (S2) dan Universitas Kebangsaan Malaysia (S3). Suami dari ustz Hj. Siti Hafidah, Lc, MA dan bapak 2 anak ini aktif berdakwah di dalam & luar negeri, termasuk di 27 negara. Tidak hanya berdakwah, beliau jg aktif menulis. Sebanyak 10 buku hasil karya beliau telah diterbitkan. Saat ini beliau tinggal di Jakarta, dan aktif menjalankan amanah sebagai Dewan Syariah Laznas IZI, Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al-Multazam Kuningan (Jabar) dan Ketua Yayasan Asnawiyah Bogor (Jabar).